close
Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian (Materi Lengkap) - Tulisan-Tulisan Kuliahku

Halaman

Sabtu, 09 Februari 2013

Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian (Materi Lengkap)

(Merupakan bab dari materi sosiologi perihal Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian)

Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak sanggup disamakan satu dengan yang lainnya. Tetapi secara umum sanggup dirumuskan sebagai berikut.

1. Fase Pertama

Fase pertama dimulai semenjak anak berusia satu hingga dua tahun, saat anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita sanggup membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bab penting, yaitu sebagai berikut:
  1. Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas banyak sekali sikap yang disebut dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak gampang berubah di kemudian hari. Unsur-unsur itu ialah struktur dasar kepribadian (basic personality structure) dan capital personality. Kedua unsur ini merupakan sifat dasar dari insan yang telah dimiliki sebagai warisan biologis dari orangtuanya.
  2. Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya gampang berubah atau sanggup ditinjau kembali di kemudian hari.

2. Fase Kedua

Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan menyebarkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari usia dua hingga tiga tahun. Fase ini merupakan fase perkembangan di mana rasa saya yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.
Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya hingga kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe sikap yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut ini.
  1. Dorongan-dorongan (drives). Unsur ini merupakan pusat dari kehendak insan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu keinginan. Drives ini dibedakan atas kehendak dan naftsu-naftsu. Kehendak merupakan dorongan-dorongan yang bersifat kultural, artinya sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat perekonomian seseorang. Sedang naftsu-naftsu merupakan kehendak yang terdorong oleh kebutuhan biologis, contohnya naftsu makan, secksual, amarah, dan yang lainnya.’
  2. Naluri (instinct). Naluri ialah suatu dorongan yang bersifat kodrati yang menempel dengan hakikat makhluk hidup. Misalnya seorang ibu mempunyai naluri yang berpengaruh untuk mempunyai anak, mengasuh, dan membesarkan hingga dewasa. Naluri ini sanggup dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa harus berguru terlebih dahulu seperti telah menyatu dengan hakikat makhluk hidup.
  3. Getaran hati (emosi). Emosi atau getaran hati ialah sesuatu yang abnormal yang menjadi sumber perasaan manusia. Emosi sanggup menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada jiwa manusia, menyerupai senang, sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.
  4. Perangai. Perangai ialah perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran insan yang tampak dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah satu unsur dari kepribadian yang mulai riil, sanggup dilihat, dan diidentifikasi oleh orang lain.
  5. Intelegensi (IQ). Intelegensi ialah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang. Sesuatu yang termasuk dalam intelegensi ialah IQ, memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama melaksanakan sosialisasi.
  6. Bakat (talent). Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abnormal yang diperoleh seseorang alasannya warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, menyerupai talenta seni, olahraga, berdagang, berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat fundamental dalam pengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap orang mempunyai talenta yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.

3. Fase Ketiga

Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terakhir yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut. Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka sanggup diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu sebagai berikut:
  1. Kepribadian normatif (normative man). Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, di mana seseorang mempunyai prinsip-prinsip yang berpengaruh untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi pada masa sebelumnya. Seseorang mempunyai kepribadian normatif apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan mengikuti keadaan yang sangat tinggi dan sanggup menampung banyak aspirasi dari orang lain.
  2. Kepribadian sewenang-wenang (otoriter man). Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri daripada orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak tunggal, anak yang semenjak kecil menerima santunan dan proteksi yang lebih dari lingkungan orang-orang di sekitarnya, serta anak yang semenjak kecil memimpin kelompoknya.
  3. Kepribadian perbatasan (marginal man). Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relatif labil di mana ciri khas dari prinsip-prinsip dan perilakunya sering kali mengalami perubahan-perubahan, sehingga seperti seseorang mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang dikatakan mempunyai kepribadian perbatasan apabila orang ini mempunyai dualisme budaya, contohnya alasannya proses perkawinan atau alasannya situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang berbeda.


Semoga bermanfaat, Tetap Semangat! | Materi Pelajaran
Facebook Twitter Google+

Back To Top